Tuesday, February 26, 2013

RSBI (RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL) KENAPA DIBUBARKAN?



Gaung RSBI lebih terdengar sekarang daripada saat pertama kali dicanangkan, hal ini terjadi karena kehadiran RSBI tidak hanya memberikan harapan tetapi sekaligus membawa mimpi buruk bagi sebagian siswa (orang tua). Mungkin sebagian orang masih bertanya tanya apa itu RSBI, ada apa dengan RSBI dan kenapa RSBI harus dibubarkan. Disini penulis akan menguraikan apa dan bagaimana RSBI dan kenapa haurs dibubarkan
PENGERTIAN RSBI (RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL)
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) adalah Sekolah Standar Nasional (SSN)
yang menyiapkan peserta didik berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia dan bertaraf Internasional sehingga diharapkan lulusannya memiliki kemampuan daya saing
internasional.
Untuk meniliki daya saing internasional ini maka di sekollah yang berlabel RSBI harus memiliki indikator kinerja kunci tambahan sebagai berikut:
a)      Prosespembelajaran pada semua mata pelajaran menjadi teladan bagi sekolah/madrasah lainnya dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur,kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa entrepreneural, jiwa patriot, dan jiwa inovator;
b)      Diperkaya dengan model proses pembelajaran sekolah unggul dari salah satu negara
anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu
dalam bidang pendidikan; sebagai aplikasinya maka beberapa sekolah RSBI menjalin kerjasama dengan sekolah di luar negeri dalam bentuk pertukaran pelajar atau sekdar tukar informasi
c)      Menerapkan pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran;
d)     Pembelajaran mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan
menggunakan bahasa Inggris, sementara pembelajaran mata pelajaran lainnya,
kecuali pelajaran bahasa asing, harus menggunakan bahasa Indonesia; dan
e)      Pembelajaran dengan bahasa Inggris untuk mata pelajaran kelompok sains dan
matematika untuk SD/MI baru dapat dimulai pada Kelas IV.
PELAKSANAAN KURIKULUM DAN PROSES PEMBELAJARAN RSBI
Pada dasarnya pelaksanaan kurikulum di RSBI tidak berbeda juah dengan sekolah reguler yakni dengan menggunakan kurikulum yang berlaku secara nasional tetapi pada RSBI juga dilakukan dengan mengadaptasi kurikulum sekolah di Negara lain. Sesuai dengan misinya untuk persaingan secara internasional maka di RSBI deberi penekanan pada penggunaan bahasa asing terutama Bahasa Inggris. Penggunaan Bahasa Inggris pada RSBI diintegrasikan dengan pelajaran lain terutama pelajaran Sains dan Matematika.
Disini sangat dituntut kemampuan guru mata pelajaran sains dan matematika untuk bisa berbahasa Inggris dengan lancar, dan otomatis juga dibutuhkan kemampuang anak didik untuk menerima pelajaran non Bahasa Inggris yang disajikan dalam Bahasa Inggris.

PENJAMINAN MUTU KOMPETENSI LULUSAN
Kualitas lulusan dipersiapkan mampu bersaing secara global baik dari segi pengetahuan maupun kompetensi berkomunikasi dengan tetap mempertahankan budaya Indonesia.
Terdapat standar minimal pendukung yang harus dipenuhi siswa yang dapat berupa;projek dan makalah/tulisan, Community Service project (pengabdian pada masyarakat),program magang untuk SMA,MA dan SMK.
Kualitas lulusan yang dihasilkan dapat diterima di sekolah-sekolah Internasional di dunia berdasarkan: kemampuan bahasa Inggris yang dimiliki siswa, tipe laporan standar internasional, benchmark standar Internasional, dapat bekerjasama dengan lembaga internasional.
PENJAMINAN MUTU KETENAGAAN
Tenaga pendidik memiliki kualifikasi minimal S1 dan 30% harus berstandar S2 linier dengan jurusan, mampu berbahasa Inggris, memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi social dan kompetensi professional. Dan sejak dicanangkan sampai sekarang belum ada RSBI yang bisa memenuhi  standar ini karena rata-rata tenaga pendidiknya masih S1 atau S2 non linier.
Seleksi tenaga pendidik dilakukan secara professional oleh tenaga ahli dalam bidang sumber daya manusia (Human Resources Departement) yang dapat dilakukan dengan tahapan: wawancara awal, Class observation, Behavioral interview, Behavioral test, English test (TOEFL dan conversation), Micro teaching and discussion, Tes kesehatan
Performance management dilakukan secara berkelanjutan dan berkesinambungan sebagai
dasar untuk pengembangan SDM lebih lanjut dengan instrumen khusus berdasarkan
standar Teaching Effectiveness.
Pengelolaan Sumber Daya Manusia berdasarkan Kompetensi (Competency-based Human
Resorces System)
PENJAMINAN MUTU SARANA DAN PRASARANA
Sarana dan Prasarana yang dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa berdasarkan cara kerja otak
dan standar internasional, terdiri dari ruangan beserta kelengkapannya, yaitu: Ruang belajar yang kondusif meliputi luas , pencahayaan, temperatur, tingkat kebisingan, tempat bermain, laboratorium perpustakaan, fasilitas olah raga, fasilitas kesenian, ruang guru, ruang konseling, ruang pertemuan siswa, ruang serbaguna, kantin, klinik, ruang ibadah ruang kepala sekolah dan administrasi, fasilitas internet di setiap ruang kelas dan WiFi di seluruh sekolah untuk memudahkan akses internet. Setiap siswa tingkatan SMA /SMK menggunakan laptop secara individu dalam mengerjakan tugas sekolah, ruang terapi untuk special needs, toilet,ruang khusus lainnya sesuai dengan kebutuhan.


PENJAMINAN MUTU PEMBIAYAAN
a)      Sumber dana diperoleh dari dana investasi pemilik dan pembayaran uang sekolah siswa untuk jenis sekolah swasta; serta dapat bervariasi dari sumber lainnya,pemerintah dan masyarakat untuk jenis sekolah negeri.
b)      Pengalokasian dana dikategorikan ke dalam : Pengeluaran operasional rutin dan non
rutin, pengeluaran investasi untuk pengembangan sekolah.
c)      Pengelolaan keuangan dilakukan secara profesional: transparan, efisien, akuntabel
dengan diperiksa oleh akuntan publik

PENTAHAPAN (FASE) PENGEMBANGAN PROGRAM RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL
Tahap pengembangan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional ada 3 tahap, yaitu:
1)  Tahap Pengembangan (3 tahun pertama);
2)  Tahap Pemberdayaan (2 tahun; tahun ke-4 an 5); dan
3)  Tahap Mandiri (tahun ke-6).
Pada tahap pengembangan RSBI akan mendapat subsidi pemerintah dengan kisaran 300 sampai 500 juta pertahun sampai mencapai tahap mandiri.
Pada tahap mandiri pada tahun ke-6 sekolah sudah berubah predikatnya dari
rintisan bertaraf internasional (RSBI) menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dengan
catatan semua profil yang diharapkan telah tercapai. Sedangkan apabila profil yang diharapkan mulai dari standar isi dan standar kompetensi lulusan, SDM (guru, kepala sekolah, tenaga pendukung), sarana prasarana, penilaian, pengelolaan, pembiayaan, kesiswaan, dan kultur sekolah belum tercapai, maka dimungkinkan suatu sekolah RSBI akan terkena passing-out.

ADA APA DENGAN RSBI
Sejak dicanangkan tahun 2006 sampai sekarang telah lahir 1305 dengan rincian Sekolah Dasar (239), Sekolah Menengah Pertama (356), Sekolah Menengah Atas (359), dan Sekolah menengah Kejuruan (351).sekolah dengan label RSBI dan sampai tahun 2010 pemerintah telah mengeluarkan subsidi untuk RSBI sebesar 11,2 triliun. Selain Kemendiknas, RSBI dan SBI juga telah mendapatkan bantuan dana dari pemerintah daerah dan masyarakat. Berdasarkan pemantauan ICW, dana-dana itu sangat rawan untuk dikorupsi karena dinilai tak transparan dalam pengelolaan keuangannya.                                                                 
Sesuai dengan wajib belajar sembilan tahun dan UU pendidikan maka setiap sekolah dilarang memungut biaya pendidikan dari wali siswa karena sudah dibantu oleh pemerintah melalui pemberian bantuan dana BOS. Tetapi mengingat besarnya kebutuhan RSBI maka selain subsidi pemerintah diluar dana BOS RSBI juga diberi kebebasan dalam menarik dana bantuan dari masyarakat, dalam hal ini wali murid.
Inilah yang menjadi salah satu pokok permasalahan, dengan adanya kebebasan memungut dana, maka sekolah dengan label RSBI berani melakukan pungutan dari wali siswa, dan dengan mengedapankan komite sekolah maka dilakukanlah penarikan dana sesuai dengan angggaran yang dirancang oleh sekolah dalam hal ini RAPBS sekolah. Maka pada beberapa RSBI akan ada uang pendaftaran, uang sarana, uang SPP, uang ekstrakurikuler dan lain-lain.
Sesuai dengan label statusnya maka RSBI berani jual nama sehingga siswa dan orang tua akan berlomba dengan berbagai cara, baik demi mutu ataupun demi gengsi, untuk memasukkan anaknya ke sekolah dengan label RSBI. Untuk diketahui, ada beberapa tahap tes yang harus dijalani siswa untuk dapat masuk kesolah RSBI, dan diantaranya adalah wawancara wali murid dan siswa. Menurut pengamatan penulis, disinilah sering terjadi tawar menawar harga, sehingga mereka yang berkantong tebal akan sanggup membayar berapapun asal anaknya bisa duduk di sekolah RSBI, sementara mereka yang kurang mampu mungkin hanya sanggup membayar 20 persen dari penawaran mereka yang mampu. Akibatnya akan terjadi diskriminasi penerimaan berdasarkan besarnya sumbangan. Walaupun setiap RSBI berdalih bahwa mereka menyediakan 20% – 30% kursi untuk siswa kurang mampu, namun kenyataannya mereka masih harus membayar karena sistemnya hanya pengurangan bukan penghapusan biaya. Disamping itu, sistem penerimaan siswa yang mencuri star karena RSBI akan mengadakan selksi siswa baru jauh hari sebelum sekolah reguler melaksanakan penerimaan siswa baru.
Akibat yang terjadi adalah, siswa pintar “dalam tanda kutip” dan kaya akan masuk ke sekolah RSBI sementara siswa pintar tapi kurang mampu secara ekonomi dan siswa sedang dan kurang secara prestasi akan masuk ke sekolah reguler.
Apakah ini bukan suatu bentuk diskriminasi pendidikan?
Disisi lain, pemerintah memberikan subsidi berlimpah kepada sekolah RSBI sementara siswa yang masuk dipilih-pilih sesuai dengan keinginan dan ketentuan pengelola.
Walaupun dari segi kebangsaan disebutkan bahwa RSBI akan mengurangi rasa kebangsaan siswa karena menggunakan bahasa pengantar asing sementara dalam UUD dinyatakan bahwa bahasa resmi kita adalah bahasa Indonesia, dan ini bisa dimentahkan oleh para pengelola RSBI dengan mengatakan bahwa penggunaaan bahasa Inggris bukan untuk semua pelaaran tetapi hanya pada pelajaran tertentu saja seingga tidak akan mengurangi rasa kebangsaan.
Mungkin ini bisa diterima, tetapi bagaimana dengan penguasaan guru dan siswanya, apakah ada keselarasan. Kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan maksiman jika antara pendidik dan peserta didik tidak ada saling mengerti, guru pintar berbahasa Inggris tetapi siswa tidak mengerti atau sebaliknya, bisakah tujuan tercapai?
 Berdasarkan Test of English for International Communication (ToEIC), dari sekitar 600 guru sekolah rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI) SMP, SMA, dan SMK di seluruh Indonesia, terungkap bahwa penguasaan bahasa Inggris guru dan kepala sekolahnya rendah. sebanyak 60 persennya berada pada level paling rendah kemampuan berbahasa.
Sumber:http://edukasi.kompas.com/read/2009/06/24/17410455/Waduh.Bahasa.Inggris.600.Guru.RSBI.Ternyata.Memble.
Nah kalau ini yang terjadi, apa yanng bisa kita harapkan? Jika gurunya begini bagaimana siswanya?
Dari beberapa permasalahan di atas maka sejalan dengan perkembangannya, maka terlihat bahwa sekolah dengan label RSBI cenderung menang label saja, sementara mutu baik secara proses maupun output, rasanya belum bisa dibanggakan begitu saja. Adalah wajar kalau inputnya bagus, akan menghasilkan output yang bagus juga. Kan mereka sudah curi star dalam penerimaan siswa dengan menggandeng siswa unggul secara prestsi dan ekonomi. Jadi wajar kalau ada beberapa dari siswanya bisa melanjutkan sekolah keluar negeri.
Sekolah yang bisa dibanggakan seharusnya adalah sekolah yang inputnya rendah tapi bisa menghasilkan output yang tinggi. Dan jika ini terjadi seharusnya pemerintah harus memberi apresiasi terhadap lembaga sekolah tersebut, baik dalam bentuk fasilitas maupun peningkatan mutu SDM-nya.
Dampak lain dari  ijin penarikan dana dari wali murid, di Palembang, sejak dicanangkan RSBI maka sekolah yang ada berlomba mengajukan diri untuk dimasukkan kedalam kategori RSBI walau dari semuausulan yang masuk hanya beberapa sekolah saja yang memenuhi syarat, dan ternyata benar, begitu label RSBI didapat, maka mulailah penarikan dana dimulai. Lalu adakah pertanggung jawaban penggunaan dana tersebut dilaporkan?
Sepertinya orang tua siswa tidak peduli lagi kemana dan berpa dana yang terpakai karena toh mereka notabene orang yang mampu dan apalah arti uang sekian belas uta. Sementara bagi mereka yang punya uang pas-pasan, tidak akan berani berkata. Takut dengan omongan “mana ada sekolah bagus yang gratis”

HARAPAN SETELAH RSBI BUBAR
Jika diperhatikan dari alasan, baik buruknya dampak pengadaan RSBI dan seklaigus pembubaran RSBI, maka disini penulis masih menanamkan beberapa harapan sebagai berikut:
1.      Secara semangat, maka semangat dan tujuan RSBI harus tetap kita pertahankan yakni dengan mengedepankan mutu pendidikan Indonesia agar bisa bersaing secara global, baik dari sisi siswa maupun pendidik
2.      Jangan sampai begitu RSBI dibubarkan,bubar pula harapan untuk menciptakan mutu pendidikan yang bersaing, ingat dulu sebelum ada RSBI kita masih tetap bisa mengadakan pertukaran pelajar, baik melalui AFS dan lembaga lain dan tidak ada masalah
3.      Jangan sampai pokok pembubaran RSBI ditekankanpada penggunaan bahasa, karena ada kecenderungan demikian, tetapi pokok permasalahnnya adalah masalah pungutan dan adanya ketidakadilan pendanaan dari pemerintah terhadap sekolah reguler dan RSBI
4.      Silahkan kembangkan semangat RSBI setinggi yang kita bisa, tapi jangan lupa bahwa siswa pintar tidak hanya berasal dari keluarga mampu saja, tetapi juga ada bahkan lebih banyak berasal dari keluarga menengah ke bawah. Adalah ironis seklai kalau biaya sekolah di RSBI jauh di atas biaya kuliah S2. (jika biaya bulanan di SMA RSBI Palembang perbulan mencapai 1,4 juta artinya persemester 8,4 juta sementara S2 di UNSRI hanya 3,5 juta sampai 4,5 juta saja)
5.      Bandingkan juga dengan RSBI (SBI), SMA SUMSEL, biaya pendidikan dan hidup siswa pertahun sekitar RP50 000 000 juta atau sekitar 4,13 juta perbulan – (sistem dana bea siswa). Ini bisa sama dengan biaya pendidikan di Eropa kali ya ?????
Rasanya lebih baik beasiswa tersebut dibagi-bagi dengan siswalain yang juga membutuhkan, mungkin bisa satu banding sepuluh hasilnya.
Semoga ............

No comments:

Post a Comment